Subscribe Us

header ads

Tips Menyikapi Situs-Situs Anti Islam


Berapa banyak website, atau blog, atau forum yang dibuat khusus untuk menghina dan menghujat Islam melalui internet?

Banyak!
Hampir tak terhitung jumlahnya!

Bahkan banyak pula “jebakan” yang ditebarkan melalui website atau situs-situs yang baik nama maupun bentuknya sangat menyerupai Islam, namun isinya justru menyesatkan.

Karenanya, jangan mudah terpancing oleh rasa penasaran untuk membuka situs, atau blog, atau forum-forum jenis ini, apalagi sampai terbawa emosi untuk meladeninya.

Jika ada teman yang memberi kita link situs-situs model ini, abaikan saja. Tapi beritahu juga teman kita itu bahwa link yang dikirimnya tidak lain adalah media propaganda plintir dan putar balik fakta yang memang patut sama-sama kita ketahui namun sama sekali tidak perlu kita layani. Sebab Muslim yang gampang terpancing emosi adalah “mangsa empuk” bagi musuh Islam.

Apalagi jika ada teman-teman muslim yang "terlena" dalam perdebatan yang tiada ujungnya itu. Sebab mereka, para penghujat Islam itu, bukan mencari kebenaran, melainkan cuma menebar fitnah dan memprovokasi munculnya pertentangan dalam keyakinan kita sendiri. Doktrinisasi yang halus ke arah pemurtadan untuk memuluskan misi-misi mereka lainnya.

Coba kita tela’ah sendiri semua hasil perdebatan itu; adakah di antara mereka yang mau mengakui kekurangan pada agamanya, atau sekedar mengakui sedikit saja kebenaran dalam Islam? Sampai detik ini tidak ada! Adakah di antara mereka yang memenuhi panggilan debat secara terbuka? Sampai sat ini juga tidak ada! adakah di antara mereka yang kemudian rela meninggalkan agamanya untuk memeluk Islam? Sampai sejauh ini sama sekali tidak ada!

Bukan berarti tidak mengharap hidayah melalui adu debat, tapi kita juga harus ingat bahwa hidayah hanya urusan Allah, dan untuk urusan ini, sepertinya lebih baik kita mencarinya di ladang amal yang lain; bukan memaksakannya melalui jalur debat. Tokh kita semua sudah tahu, debat lebih sering berakhir tanpa hasil apa-apa kecuali semakin bertambahnya rasa benci, bahkan memicu tumbuhnya kesombongan diri.

Tentang ini Allah SWT sendiri telah memperingatkan kita, di antaranya melalui firman-Nya dalam QS. 17:36 dan QS. 29:46.

Alasan dakwah?

Dakwah adalah menyampaikan kebenaran melalui jalan yang benar dan dengan cara-cara yang benar pula. Menyampaikan keindahan Islam yang sebenarnya tanpa ditunggangi hawa nafsu, khususnya nafsu untuk merasa benar sendiri.

Ini bukan berarti bahwa debat itu tidak boleh. Namun ada baiknya kita pikirkan kembali; haruskah kita terus-menerus berdebat dengan orang-orang seperti mereka? Para pembual, penghujat, namun sekaligus juga pengecut?

Menjadi objek bisnis internet
Bisnis internet adalah bisnis “click” tombol di ujung jari yang menempel pada mouse computer yang ada di rumah, di kantor, di tas jinjing, di dalam saku, atau di cafe maupun warnet-warnet hampir di seluruh penjuru dunia. Sebuah website memperoleh keuntungan dari sponsor yang memasang iklan pada halaman-halamannya. Sponsor akan membayarnya sesuai dengan banyaknya jumlah "click" yang mengakses situs di mana iklan itu terpasang. Bukan dihitung berdasarkan jumlah pengaksesnya, tetapi sekali lagi, jumlah akses yang masuk!

Jadi, jika 1 orang mengakses sebuah website sebanyak 5 kali misalnya, maka ia akan dihitung sebagai "5 click," bukan "1 click." Ironisnya, pengakses yang paling banyak menyumbangkan jumlah "click" ke situs-situs yang gencar melakukan propaganda anti-Islam ini justru adalah umat muslim sendiri karena terpancing emosinya untuk menuliskan komentar-komentar keras mereka demi membela agama Islam (bahkan tidak jarang sampai menggunakan kata-kata yang tidak pantas untuk dibaca oleh orang-orang beradab), tanpa menyadari begitu banyak maksud-maksud yang tersembunyi di balik propaganda ini.

Bukan hanya itu. Banyaknya jumlah akses ke suatu situs website akan "mengkatrol" posisi link URL situs itu ke urutan terdepan pada hasil pencarian melalui search engines yang selama ini kita kenal seperti google, yahoo, searchalot, dll.

Semakin banyak yang mengakses situs-situs anti-Islam ini justru akan ‘memperpanjang umur’ mereka. Berbeda dengan revolusi terhadap pemerintahan, atau unjuk rasa terhadap pengelola sebuah perusahaan misalnya. Sebuah website tidak akan bisa "dilengserkan" atau "dihabisi" secara langsung.

Cara yang paling umum dilakukan dan ampuh untuk "menidurkan" sebuah website adalah dengan tidak pernah mengaksesnya sama sekali.

Website yang mengalami nasib seperti ini perlahan tapi pasti akan menjadi sepi, membeku, pengelolanya menjadi bangkrut dan pada akhirnya akan mati dengan sendirinya!

Setiap muslim yang merasa bertanggungjawab untuk menghindarkan saudara-saudaranya dari pengaruh buruk situs-situs menyesatkan ini seyogyanya juga dapat melihat hal ini secara lebih arif.

Jika kita berniat atau merasa ‘terpanggil’ untuk menjadi aktivis penentang siasat propaganda ini, tentunya kita juga harus memperhitungkan berbagai siasat tandingan untuk melakukan serangan balik.

Apa pun siasat itu, yang terpenting adalah memperkuat "pertahanan" muslim terlebih dahulu. Perdalam akidah, perkuat iman, kenali agama sendiri, dan perbanyak ilmu agar tidak mudah terpancing dan masuk ke dalam perangkap. Menyerukan kepada semua saudara muslim agar tidak bergabung atau keluar dari grup tersebut, namun bersatu melaporkan keberadaan blog, situs atau grup laknat itu secara kolektif. Kuncinya tiada lain adalah kekompakan!

Detik ini, ada sebagian saudara-saudara muslim kita yang berkecimpung khusus di dunia internet sedang sibuk namun tetap hati-hati dalam menghadapi propaganda anti-Islam ini. Berikut adalah beberapa di anatara mereka yang berposisi sebagai anti-Islam counters dengan caranya masing-masing:
Setidaknya kita dapat belajar melalui tulisan-tulisan mereka yang menjelaskan serba ringkas tentang bagaimana sebaiknya kita menyikapi situs-situs (website, blog, dan forum-forum) bermuatan propaganda anti-Islam yang ada di internet.

Lalu, bagaimana pula dengan grup-grup serupa di facebook?
Sekarang ini, mungkin sekali kita sendiri adalah anggota dari salahsatu atau beberapa dari mereka. Apapun yang kita pikir dapat kita lakukan di situs ini sesungguhnya ada di bawah kontrol, dan dibatasi oleh otoritas perjanjian yang kita buat sendiri bersama Facebook Inc. (dan sudah kita setujui sebelum akun kita di facebook disetujui oleh mereka).

Jangan lupa pula bahwa Facebook Inc. ini adalah perusahaan milik pribadi tuan muda Mark Zuckerberg (founder and CEO) yang keturunan Yahudi-Israel. Ia memiliki kebebasan sepenuhnya untuk melakukan apa pun yang ia suka terhadap perusahaannya ini.

Kami mengetahui keberadaan grup yang menghina Al Qur’an dengan najis (maaf, tidak menuliskan nama group) sejak beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya saat grup itu masih beranggotakan puluhan orang saja, sudah ada ratusan muslim yang report atau melaporkan grup tsb kepada facebook Inc. Tapi sampai anggotanya berkembang menjadi tiga ribuan seperti sekarang pun, nyatanya grup tsb masih tetap eksis. Jika memang Mark Zuckerberg cs. (Facebook Inc.) beriktikad baik dan memilki toleransi terhadap agama Islam, memblokir akun grup tsb sebetulnya sudah dapat mereka lakukan sejak lama.

The name of the game is propaganda
Tapi sekali lagi, ini adalah "permainan" propaganda. Facebook tidak akan memblokir grup ini semata-mata karena faktor emosional umat muslim Indonesia saja (apalagi bila dibandingkan jumlah anggota grup itu ternyata jauh lebih besar dari jumlah pelapornya). Karenanya kita juga harus dapat melihat bahwa ini adalah bagian dari "aturan main" yang sudah kita sepakati dan kita sendiri berada di dalamnya. Semakin banyak yang meneriakkan group itu, maka akan semakin populer dia dan tentu saja akan semakin banyak pula yang mengaksesnya.

Artinya, keuntungan facebook dari situasi seperti ini akan semakin besar pula. Padahal kita baru bicara satu group, belum menyentuh grup-grup serupa yang saat ini jumlahnya sudah ratusan di facebook.

Facebook akan memblokir sebuah akun, atau group, atau fan-page, apabila pemerintah mereka (USA) yang memintanya (itu pun belum tentu dipatuhi, kecuali) apabila keberadaan suatu akun sudah dianggap sebagai ancaman bagi kepentingan nasional mereka. Seperti contohnya pada kasus Del Piero-Neo Nazi, di mana seseorang mengaku-ngaku sebagai Alessandro Del Piero dan mencantumkan website Neo Nazi di profile-nya. Del Piero menuntut balik ke facebook karena lemahnya security. Del Piero yang asli tidak pernah menggunakan facebook.

Solusi alternatif?
Memang ada; namun ini baru terbatas pada beberapa orang yang mempunyai kemampuan dalam bidang ‘hacking’. Para ‘hacker’ muslim sedang berjuang untuk menutup grup-grup penghina atau penghujat Islam dengan cara-cara mereka sendiri, atau setidaknya memblokir paksa akun-akun para individu yang menjadi admin grup tersebut. Hasilnya? Jangan putus asa! Kita beri dukungan kepada mereka dan do’akan agar perjuangan mereka berhasil. Amin.

Bagi mereka dukungan kita sangatlah berharga dan bagi kita insyaAllah tidak terlepas dari sumbangsih amal jihad fii sabiilillaah. Kuncinya tiada lain adalah solidaritas umat muslim!

Bagaimana menghentikan propaganda menyesatkan ini?
Ingin menyaksikan grup-grup penghujat dan penghina Islam itu berhenti? Bagaimana jika kita coba - mulai sekarang - untuk melatih diri mengacuhkan keberadaan grup jenis ini di mana pun itu, termasuk di facebook atau situs-situs lain yang selama ini sudah kita kenal? Biarkanlah grup para laknatullah itu berkoar-koar sendiri sekeras apa pun yang mereka suka! Tapi jangan pernah layani. Lama kelamaan tokh dia akan menjadi sunyi, sepi, dan akhirnya mati sendiri!

Facebook
Petiklah apa saja yang sekiranya bermanfaat bagi kita di sini. Sebab mudharat facebook ada di mana-mana, begitu juga manfaatnya. Daripada kita terjebak dalam gelimang mudharat, bukankah lebih baik jika kita coba mengambil sebanyak mungkin manfaat dari sisi baik yang tersembunyi di balik situs jejaring sosial yang diakui sebagi salahsatu situs terbesar dan terluas penggunanya di dunia ini?


[Extended version dari Cahaya Iman Wordpress]

Jika anda menganggap tulisan ini bermanfaat, harap bantu kami untuk menyebarkannya kepada saudara-saudara kita yang lain. Terima kasih.


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments